AlJannatulFirdaus

Cetusan Rasa Islam dan Hiburan

GHIBAH ( Membicarakan Aib Orang Lain )

IMAM Nawawi dan Imam al-Ghazali menerangkan makna ‘ghibah’ atau mengumpat sebagai menyebut sesuatu yang tidak baik terhadap saudara nya yang Muslim yang jika dia mendengarnya, dia berasa marah..

Sebutan itu adalah seperti kekurangan dalam agama, kecacatan pada anggota tubuhnya, kelemahan anak isterinya, gerak geri dan pakaiannya..

Sudah menjadi lumrah alam, setiap insan tidak suka jika bentuk, perangai, keturunan dan ciri hidupnya dibicarakan orang lain..

Sebab itulah Allah melarang keras perbuatan mengumpat. Keadaan itu jelas dinyatakan Allah melalui firman-Nya yang bermaksud: “Dan janganlah sebahagian kamu mengumpat sebahagian yang lain. Sukakah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang telah mati? Maka tentulah kamu akan merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat dan Maha Penyayang.” (Surah Al-Hujurat ayat 12)..


Allah mengumpamakan orang yang mengumpat itu seperti orang yang memakan daging saudaranya yang mati. Dalam hal sama, Rasulullah bersabda yang bermaksud:
“Tahukah kamu apa itu me ngumpat”. Sahabat menjawab: “Allah dan Rasul-Nya yang paling tahu”..

Kemudian Baginda bersabda yang bermaksud:
“Ghibah adalah engkau membicarakan berkenaan saudaramu sesuatu yang dia benci”..

Jelas, berbicara atau mencemarkan nama baik kaum muslimin yang tidak mereka sukai adalah satu kemungkaran yang besar bahkan termasuk dalam satu dosa besar..

Ibnu Jabir pernah berkata: “Kami pernah di tempat Rasulullah kemudian berhembuslah angin yang berbau busuk. Lalu bertanyalah Nabi:
“Tahukah kamu angin apakah ini? Ini adalah angin (bau) nya orang-orang yang mengumpat orang-orang Muslim.”..

Menjadi kewajipan dan tanggungjawab setiap Muslim memperbetulkan sesuatu kecacatan, kekurangan dan keaiban yang dilakukan seseorang Muslim yang lain..

Berilah ingatan dan nasihat akan bencana ghibah apabila kita bersamanya bersendirian. Jika gagal memberi nasihat kepada kawan lain janganlah kita menambah keterangan yang lebih buruk atau mendedahkan rahsia, keaibannya kepada orang lain sedang dia tidak bersama kita ketika itu..

Sungguh pun perbuatan mengumpat itu ditegah Allah, ulama mengecualikan perbuatannya pada setengah tempat..

Satu daripadanya adalah ketika mana seseorang itu dianianya oleh seorang yang lain. Dia boleh menceritakan kepada orang lain pengania yaan yang diterimaNya. Keadaan itu dinyatakan Allah dengan firman-Nya yang bermaksud:
“Allah tidak suka kepada perkataan jelas yang diperdengarkan kecuali (dari) orang yang teranianya dan adalah Allah Maha Mendengar dan Maha Mengetahui.” (Surah An-Nisa’ ayat 148)..

Menyedari hakikat itu, maka wajib bagi setiap Muslim supaya tidak duduk atau berbicara bersama dengan mereka yang sedang mengumpat..

Rasulullah bersabda yang bermaksud:
“Barang siapa di antara kamu melihat kemungkaran, ubahlah dengan tangannya. Jika dia tidak mampu, ubahlah dengan lidahnya. Jika dia tidak mampu, ubahlah dengan hatinya. Dan itulah selemah-lemah iman.” (Hadis Riwayat Muslim)..

Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebahagian dari prasangka itu dosa, dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah ada diantara kamu yang menggunjing sebahagian yang lain.Apakah ada diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. dan bertakwalah kepada Allah, sungguh Allah Maha Penerima taubat, Maha Penyayang ( Al-Hujurat (12)

Celakalah bagi setiap pengumpat dan pencela ; Al-Humazah..


Ruby Bee


0 Komentar untuk "GHIBAH ( Membicarakan Aib Orang Lain )"

RESEPI DARI CIK BEE

 
Copyright © 2014 AlJannatulFirdaus - All Rights Reserved
Template By Catatan Info